Rabu, 10 Juli 2013

METODE WATERFALL

METODE WATERFALL  

Salah satu strategi yang sering dipakai sebagai model proses atau paradigma rekayasa perangkat lunak yaitu dengan menggunakan model waterfall yang dikembangkan sejak tahun 1970-an. Model waterfall merupakan pendekatan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang dimulai dari tahap analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaaan. Model waterfall  juga dikenal sebagai Linier Sequential atau classic life cycle, model ini mempunyai keterbatasan yang mengakomodasi persyaratan (requirement) berubah. Pelanggan tidak akan melihat suatu hasil kerja suatu proyek yang secara fungsional belum dapat digunakan.

Tahapan dari model Waterfall dapat digambarkan sebagai berikut :



Tahapan model waterfall meliputi:
a.       System Engineering
Proses penilaian sistem lama yang sedang berjalan dan studi kelayakan pengembangan sistem baru berdasarkan aspek teknologi, ekonomis dan sumber daya manusia.
b.       Analisis
Perolehan kebutuhan pengguna sistem dari user serta pilihan solusi jenis sistem informasi yang akan dikembangkan.
c.       Desain
Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan diatas menjadi representasi ke dalam bentuk software. Desain harus dapat mengimplementasikan kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya maka proses ini juga harus didokumentasikan sebagai konfigurasi dari software.
d.      Coding Dan Testing
Desain harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh komputer, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap desain yang secara teknis akan dikerjakan oleh programmer. Proses Coding ini harus dilakukan Testing untuk menguji kesalahan-kesalahan program maupun fungsi dari sistem.
e.        Implementasi
Setelah semua fungsi-fungsi software harus di ujicoba agar software bebas dari kesalahan, dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya. Maka proses selanjutnya adalah bagaimana sistem baru akan diinstall dan dijalankan di perusahaan dengan pengoperasian yang dilakukan oleh user.
f.        Pemeliharaan
Pemeliharaan suatu software sangat diperlukan, termasuk di dalamnya adalah pengembangan, karena software yang dibuat tidak selamanya hanya seperti itu. Ketika dijalankan mungkin saja masih ada kesalahan kecil yang tidak ditemukan sebelumnya, atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada software tersebut. Pengembangan diperlukan ketika adanya perubahan dari perusahaan seperti ketika ada pergantian sistem operasi atau perangkat lainnya.

Alat Bantu  ( Tool Pemodelan Sistem)
Alat Bantu, Tool Pemodelan Sistem diperlukan untuk metodologi pengembangan system, pada metode waterfall tool yang tersedia diantaranya : Bagan Alir System System Flow Chart), Diagram Arus Data (Data Flow Diagram), Kamus Data (data dictionary), Bagan Alir Program (program flow chart), pseudocode, Tabel Keputusan (decision table). Alat bantu tersebut digunakan oleh analis system untuk berkomunikasi dengan pemakai system dan teknisi system (pemrogram dan teknisi lainnya).
1.      Alat Bantu Analisis
Analis system perlu berkomunikasi dengan pengguna system. Pada tahap ini analis system perlu menyampaikan hasil analisisnya kepada pengguna system. Hasil analisis adalah pemahaman tentang system yang lama dan kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna system. Alat-alat komunikasi yang digunakan pada tahap ini adalah : Bagan Alir System System Flow Chart), Diagram Arus Data (Data Flow Diagram), Kamus Data (data dictionary).
Tool yang tersedia untuk membuat alat-alat komunikasi tersebut diantaranya: Microsoft Office Visio, DIA, Microsoft Word, Microsoft Excell, dan lain-lain.
2.      Alat Bantu Desain
Pada tahap desain, analis system banyak berkomunikasi dengan teknisi system yaitu dengan programmer, ahli basis data, ahli telekomunikasi, dan sebagainya. Analis system membutuhkan alat komunikasi yang efektif supaya teknisi system dapat memahami dan memudahkan hasil analisis untuk diubah menjadi system secara fisik. Dalam hal ini desain system membutuhkan alat bantu: Bagan Alir System System Flow Chart), Diagram Arus Data (Data Flow Diagram), Kamus Data (data dictionary), ERD(Entitas Relation Diagram), Normalisasi data, dan lainnya.
Tool yang mendukung diantaranya : Microsoft Office Visio, DIA, Microsoft Word, Microsoft Excell, dan lain-lain.
3.      Alat Bantu Coding / Programming
Pada tahap ini dilakukan proses coding dengan menggunakan tool pseudocode yang membantu programmer dalam membangun system, dan untuk tool yang digunakan dalam programming banyak yang tersedia seperti Delphi, Visual Basic, PHP, Java, dan lainnya.
4.      Alat bantu Testing / Pengujian
Perangkat lunak yang telah dikembangkan perlu diuji sebelum digunakan secara penuh didalam system. Pengujian dikatakan berhasil jika mampu menemukan kesalahan-kesalahan yang tersembunyi dalam perangkat lunak. Terdapat dua pendekatan pengujian perangkat lunak, yaitu: white box testing, black box testing. White box testing dilakukan dengan menguji detail procedural, yaitu mengamati jalur logical yang dibentuk oleh struktur pengendalian program (perulangan dan percabangan), apabila mengungkap 100% kesalahan logika yang mungkin muncul dan bersifat exhaustive (melelahkan) karena terjadi ledakan kombinasi berbagai modul / program yang besar dan komplek, dan dilakukan pada tahap awal pengujian. Metode yang digunakan pada white box testing jalur dasar (basis path) pengujian kondisi, pengujian aliran data, pengujian perulangan.
Black box testing dilakukan pada persyaratan fungsional dari perangkat lunak, dilakukan tidak diawal tahap pengujian, mengungkap kesalahan-kesalahan pada fungsi yang salah satu hilang, antar muka, akses ke basis data eksternal, kinerja, inisialisasi dan terminasi program. Metode yang dapat digunakan untuk pengujian black box testing Equivalence partitioning, Analisis nilai batas, Teknik grafik sebab akibat.
Strategi yang dilakukan dalam pengujian perangkat lunak meliputi proses berbentuk spiral dan debugging. Proses pengujian berbentuk spiral dengan urutan aktivitas pengujian unit, pengujian integrasi, pengujian validasi, pengujian system. Debugging merupakan konsekuensi dari pengujian perngkat lunak, debugging bersifat seni yang dipengaruhi oleh aspek psikologis (intuisi dan keberuntungan), pendekatan yang dapat dilakukan dalam proses debugging meliputi: tanpa metode tertentu (uji coba), backtracking (dimulai dari tempat ditemukannya gejala kesalahan, kemudian dilakukan pelacakan kembali ke program hingga diharapkan sumber kesalahan dapat ditemukan, cause elimination (eliminasi penyebab= partisi biner / binary partitioning) yaitu dibuat hipotesis penyebab yang kemudian diuji kebenarannya dengan data yang berhubungan dengan kesalahan yang terjadi.
Tool yang digunakan dalam pengujian perangkat lunak yaitu: pelacak program (program tracer), test case (pembangkit kasus pengujian, memory dumps, pemetaan referensi silang.
5.      Pemeliharaan Perangkat Lunak
Pemeliharaan perangkat lunak meliputi: korektif (pemeliharaan yang dilakaukan apabila terjadi kerusakan atau kesalahan), adaptif atau produktif (pemeliharaan yang dilakukan secara terus menerus melalui proses monitoring, penyempurnaan (pemeliharaan sebagai hasil dari penemuan perawatan adaptif), preventif (pemeliharaan yang dilakukan untuk pencegahan kerusakan).
d.      Kebutuhan pada saat pembuatan system yang meliputi: sumber daya, waktu, biaya, resiko, upgrade.
1.      Kebutuhan sumber daya
Membutuhkan jumlah sumber daya yang banyak, karena banyak proses yang dilakukan serta banyak tenaga ahli yang dibutuhkan.

2.      Kebutuhan waktu
Membutuhkan waktu yang lama karena harus menyelesaikan tahap demi tahap dalam pengembangan.
3.      Kebutuhan biaya
Kebutuhan biaya besar karena menggunakan sumber daya yang banyak, waktu yang cukup lama, dan tahapan proses yang panjang.
4.      Kebutuhan resiko
Resiko dalam menggunakan metode ini sangat besar, kemungkinan terjadinya kegagalan system sehingga harus mengulang dari awal yang menyebabkan pembekakan biaya diluar rencana anggaran. Kegagalan system sangat berpengaruh besar, kemungkinan system tidak dapat digunakan atau harus diperbaiki dari awal.
5.      Kebutuhan upgrade
Dalam melakukan upgrade akan terjadi kesulitan karena harus menyesuikan banyak hal, diantaranya kesesuaian dukungan hardware, software baik software program maupun database, karena dimungkinkan pada saat system dibuat belum mengalami / menggunakan adanya spesifikasi hardware maupun software yang baru sesuai yang dibutuhkan saat ini. Pada metode ini proses upgrade tidak fleksibel, akan mempengaruhi system secara keseluruhan.

e.       Kesimpulan
Penggunaan metode waterfall dalam pengembangan perangkat lunak dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keunggulan:
Ø  Proses pengembangan sangat terstruktur dan sistematik
Ø  Melalui definisi kebutuhan, sehingga gap atau kesenjangan yang terjadi antara kebutuhan dan sistem yang dihasilkan dapat dikurangi.
Ø  Menghasilkan petunjuk arah pengembangan yang jelas bagi manajemen.

2. Kelemahan:
Ø  Tidak adaptif terhadap perubahan yang dapat terjadi selama proses pengembangan (kaku atau rigid).
Ø  Melelahkan karena membutuhkan waktu pengembangan yang lama dan biaya yang tinggi
Ø  Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti aliran sequential yang ditawarkan model ini.
Ø  Iterasi (Pengulangan) selalu terjadi dan menimbulkan masalah pada aplikasi yang dibentuk oleh model ini.
Ø  Seringkali pada awalnya customer sulit menentukan semua kebutuhan secara explisit.

Ø  Klien harus sabar karena versi program yang sedang jalan tidak akan tersedia sampai proyek pengembangan selesai

1 komentar:

Abrisam mengatakan...

ini sangat membantu terimakasi
my blog

Posting Komentar