Rabu, 10 Juli 2013

Model Rancangan Interaksi Sederhana

Model Rancangan Interaksi Sederhana



Pada model rancangan interaksi sederhana ini input atau masukan hanya memiliki satu titik. yang mana masukan tersebut, lalu lakukan langkah-langkah berikut : 
 - Identifikasi kebutuhan dan persyaratan sistem disini suatu sistem akan di identifikasi sesuai dengan kebutuhan sistem itu sendiri.
 - Pengembangan desain alternatif (desain konseptual dan fisikal)
 - Membuat versi interaktif dari desain yang dihasilkan
 - Mengevaluasi desain (usabilitas dan user experience)
     Evaluasi dapat dilakukan dimana saja, rancangan yang telah di evakuasi dapat kambali didesain ulang atau apakah rancangan tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan user, maka alur tersebut akan terus berputar hingga pada tahap evaluasi tidak lagi terjadi kesalahan, baik dalam penetapan kebutuhan user maupun pendesainannya, sehingga pada tahap evaluasi terciptalah sebuah hasil akhir yang valid.

Star Lifecycle Model (Hartson & Hix, 1989)

Star Lifecycle Model (Hartson & Hix, 1989)
 = Model Siklus Hidup Star (Hartson & HIx,1998) 





 - Analisa
Identifikasi kemampuan user, strategi yang digunakan untuk meningkatkan ketrampilannya, alat yang saat ini dipakai, masalah-masalah yang dialami, perubahan yang diinginkan baik dalam ketrampilan maupun peralatan.
Metode : tanya kemampuan user dan buat daftar dengan skala prioritas, observasi ketrampilan di lapangan. 
- Evaluasi kompetisi
Tentukan kekuatan dan kelemahan rancangan
Metode : pengguna diminta untuk mencoba menggunakan berbagi produk dan minta untuk menyebutkan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing produk. 
-Rancang sambil jalan
Gunakan hasil analisa untuk membuat alternatif solusi, minta masukan sampai dengan penentuan pilihan yang terbaik.
Metode : tanyai user sehubungan dengan pengalaman menggunakan prototipe.
- Evaluasi dan validasi
Secara periodik user memberikan masukan selama pengembangan dan perancangan akan diulang berdasarkan masukan tadi.
Metode : amati kebutuhan pokok user dalam menggunakan sistem.
- Benchmark
Memadukan hal-hal terbaik yang dimiliki pesaing untuk diterapkan dalam sistem yang dibangun Metode : menggali informasi dari user hal-hal yang sebaiknya ada dibandingkan dengan kompetitor, contoh : situs IBM.
 

Dalam Siklus permodelan ini pengujian dilakukan terus menerus, tidak harus dikahir. Misalnya dimulai dari menentukan kosep desain (conceptual design ) dalam proses ini akan langsung terjadi evaluasi untuk langsung ternilai apakah sudah sesuai dengan kebutuhan user, bila belum maka akan terus berulang di evaluasi hingga benar-benar pas, selanjutnya apabila sudah pas, maka dari tahap evaluasi yang pertama aka lanjut ke proses yg selanjutnya yakni requirements/specification yakni memverifikasikan persyaratan rancangan tersebut, dan pada tahap itu juga langsung terjadi pengevaluasian seperti tahap pertama, dan selanjutnya akan tetap sama terjadi pada tahapan-tahapan selanjutnya yakni task analysis/fungsion analysis, pengimplementasian, prototyping hingga pada akhirnya terciptalah sebuah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan user. Intinya pada rancangan model ini pengevaluasian dilakukan disetiap tahapan tidak hanya pada tahapan akhir seperti model-model rancangan yang lainnya.

Model V

    Model V
 Model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang yang dalam model waterfall. Jika dalam model waterfall proses dijalankan secara linier, maka dalam model V proses dalikukan bercabang dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software dengan tahap pengujiannya.
 Bisa dikatakan model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model waterfall. Jika dalam model waterfall proses dijalankan secara linear, maka dalam model V proses dilakukan bercabang. Dalam model V ini digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software dengan tahap pengujiannya. 

  


Berikut penjelasan masing-masing tahap beserta tahap pengujiannya:

1.  Requirement Analysis & Acceptance Testing
     Tahap Requirement Analysis sama seperti yang terdapat dalam model waterfall. Keluaran dari tahap ini adalah dokumentasi kebutuhan pengguna.
Acceptance Testing merupakan tahap yang akan mengkaji apakah dokumentasi yang dihasilkan tersebut dapat diterima oleh para pengguna atau tidak.

2.  System Design & System Testing
     Dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan mengacu pada dokumentasi kebutuhan pengguna yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya. Keluaran dari tahap ini adalah spesifikasi software yang meliputi organisasi sistem secara umum, struktur data, dan yang lain. Selain itu tahap ini juga menghasilkan contoh tampilan window dan juga dokumentasi teknik yang lain seperti Entity Diagram dan Data Dictionary.

3.  Architecture Design & Integration Testing
     Sering juga disebut High Level Design. Dasar dari pemilihan arsitektur yang akan digunakan berdasar kepada beberapa hal seperti: pemakaian kembali tiap modul, ketergantungan tabel dalam basis data, hubungan antar interface, detail teknologi yang dipakai.

4.  Module Design & Unit Testing

Sering juga disebut sebagai Low Level Design. Perancangan dipecah menjadi modul-modul yang lebih kecil. Setiap modul tersebut diberi penjelasan yang cukup untuk memudahkan programmer melakukan coding. Tahap ini menghasilkan spesifikasi program seperti: fungsi dan logika tiap modul, pesan kesalahan, proses input-output untuk tiap modul, dan lain-lain.

5.  Coding
     Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul yang sudah dibentuk.


V Model memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan-kelebihan tersebut secara garis besar dapat dijelaskan seperti berikut:
·  V Model sangat fleksibel. V Model mendukung project tailoring dan penambahan dan pengurangan method dan tool secara dinamik. Akibatnya sangat mudah untuk melakukan tailoring pada V Model agar sesuai dengan suatu proyek tertentu dan sangat mudah untuk menambahkan method dan tool baru atau menghilangkan method dan tool yang dianggap sudah obsolete.
·       V Model dikembangkan dan di-maintain oleh publik. User dari V Model berpartisipasi dalam change control board yang memproses semua change request terhadap V Model.
V Model juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan-kekurangan tersebut yaitu:
·      V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa digunakan sekali dalam suatu proyek.
·      V Model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa activity dalam V Model yang digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa diketahui dengan jelas apa yang termasuk dalam activity tersebut dan apa yang tidak.




Pengembangan (RAD: Linier Sequential)


Siklus Hidup Untuk Pengembangan (RAD: Linier Sequential)
  •  Versi cepat dari Water Fall, dengan pengembangan modular
  •   Menggunakan Joint Application Development
  •  Yang paling dibutuhkan user adalah workshop JAD 
Rapid Aplication Development (RAD) adalah sebuah model proses perkembangan software sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan yang sangat pendek. Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi “kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier di mana perkembangan cepat dicapai dengan menggunakan pendekatan kontruksi berbasis komponen. Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembangan menciptakan “sistem fungsional yang utuh” dalam periode waktu yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Karena dipakai terutama pada aplikasi sistem konstruksi, pendekatan RAD melingkupi fase – fase sebagai berikut :
  • Business modeling. Aliran informasi di antara fungsi – fungsi bisnis dimodelkan dengan suatu cara untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut : informasi apa yang mengendalikan proses bisnis? Informasi apa yang di munculkan? Siapa yang memunculkanya? Ke mana informasi itu pergi? Siapa yang memprosesnya?
  • Data modeling. Aliran informasi yang didefinisikan sebagai bagian dari fase business modelling disaring ke dalam serangkaian objek data yang dibutuhkan untuk menopang bisnis tersebut. Karakteristik (disebut atribut) masing – masing objek diidentifikasi dan hubungan antara objek – objek tersebut didefinisikan.
  • Proses modeling. Aliran informasi yang didefinisikan di dalam fase data modeling ditransformasikan untuk mencapai aliran informasi yang perlu bagi implementasi sebuah fungsi bisnis. Gambaran pemrosesan diciptakan untuk menambah, memodifikasi, menghapus, atau mendapatkan kembali sebuah objek data.
  • Application Generation. RAD mengasumsikan pemakaian teknik generasi ke empat. Selain menciptakan perangkat lunak dengan menggunakan bahasa pemrograman generasi ketiga yang konvensional, RAD lebih banyak memproses kerja untuk memkai lagi komponen program yang ada ( pada saat memungkinkan) atau menciptakan komponen yang bisa dipakai lagi (bila perlu). Pada semua kasus, alat – alat bantu otomatis dipakai untuk memfasilitasi konstruksi perangkat lunak.
  • Testing and turnover.Karena proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, banyak komponen program telah diuji. Hal ini mengurangi keseluruhan waktu pengujian. Tetapi komponen baru harus di uji dan semua interface harus dilatih secara penuh. 
 Kelebihan : 
a.  RAD mengikuti tahapan pengembangan sistem sepeti umumnya, tetapi mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada (reusable object). 
b.  Setiap fungsi dapat dimodulkan dalam waktu tertentu dan dapat dibicarakan oleh tim RAD yang terpisah dan kemudian diintegrasikan sehingga waktunya lebih efesien

Kekurangan model RAD adalah:
a.  Bagi proyek yang besar tetapi berskala, RAD memerlukan sumber daya manusia yang memadai untuk menciptakan jumlah tim RAD yang baik.
b.  RAD menuntut pengembangan dan pelanggan memiliki komitmen di dalam aktivitas rapid-fire yang diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem, di dalam kerangka waktu yang sangat diperpendek. Jika komitmen tersebut tidak ada, proyek RAD akan gagal.

METODE WATERFALL

METODE WATERFALL  

Salah satu strategi yang sering dipakai sebagai model proses atau paradigma rekayasa perangkat lunak yaitu dengan menggunakan model waterfall yang dikembangkan sejak tahun 1970-an. Model waterfall merupakan pendekatan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang dimulai dari tahap analisis, desain, kode, pengujian, dan pemeliharaaan. Model waterfall  juga dikenal sebagai Linier Sequential atau classic life cycle, model ini mempunyai keterbatasan yang mengakomodasi persyaratan (requirement) berubah. Pelanggan tidak akan melihat suatu hasil kerja suatu proyek yang secara fungsional belum dapat digunakan.

Tahapan dari model Waterfall dapat digambarkan sebagai berikut :



Tahapan model waterfall meliputi:
a.       System Engineering
Proses penilaian sistem lama yang sedang berjalan dan studi kelayakan pengembangan sistem baru berdasarkan aspek teknologi, ekonomis dan sumber daya manusia.
b.       Analisis
Perolehan kebutuhan pengguna sistem dari user serta pilihan solusi jenis sistem informasi yang akan dikembangkan.
c.       Desain
Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan diatas menjadi representasi ke dalam bentuk software. Desain harus dapat mengimplementasikan kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya maka proses ini juga harus didokumentasikan sebagai konfigurasi dari software.
d.      Coding Dan Testing
Desain harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh komputer, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap desain yang secara teknis akan dikerjakan oleh programmer. Proses Coding ini harus dilakukan Testing untuk menguji kesalahan-kesalahan program maupun fungsi dari sistem.
e.        Implementasi
Setelah semua fungsi-fungsi software harus di ujicoba agar software bebas dari kesalahan, dan hasilnya harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan yang sudah didefinisikan sebelumnya. Maka proses selanjutnya adalah bagaimana sistem baru akan diinstall dan dijalankan di perusahaan dengan pengoperasian yang dilakukan oleh user.
f.        Pemeliharaan
Pemeliharaan suatu software sangat diperlukan, termasuk di dalamnya adalah pengembangan, karena software yang dibuat tidak selamanya hanya seperti itu. Ketika dijalankan mungkin saja masih ada kesalahan kecil yang tidak ditemukan sebelumnya, atau ada penambahan fitur-fitur yang belum ada pada software tersebut. Pengembangan diperlukan ketika adanya perubahan dari perusahaan seperti ketika ada pergantian sistem operasi atau perangkat lainnya.

Alat Bantu  ( Tool Pemodelan Sistem)
Alat Bantu, Tool Pemodelan Sistem diperlukan untuk metodologi pengembangan system, pada metode waterfall tool yang tersedia diantaranya : Bagan Alir System System Flow Chart), Diagram Arus Data (Data Flow Diagram), Kamus Data (data dictionary), Bagan Alir Program (program flow chart), pseudocode, Tabel Keputusan (decision table). Alat bantu tersebut digunakan oleh analis system untuk berkomunikasi dengan pemakai system dan teknisi system (pemrogram dan teknisi lainnya).
1.      Alat Bantu Analisis
Analis system perlu berkomunikasi dengan pengguna system. Pada tahap ini analis system perlu menyampaikan hasil analisisnya kepada pengguna system. Hasil analisis adalah pemahaman tentang system yang lama dan kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pengguna system. Alat-alat komunikasi yang digunakan pada tahap ini adalah : Bagan Alir System System Flow Chart), Diagram Arus Data (Data Flow Diagram), Kamus Data (data dictionary).
Tool yang tersedia untuk membuat alat-alat komunikasi tersebut diantaranya: Microsoft Office Visio, DIA, Microsoft Word, Microsoft Excell, dan lain-lain.
2.      Alat Bantu Desain
Pada tahap desain, analis system banyak berkomunikasi dengan teknisi system yaitu dengan programmer, ahli basis data, ahli telekomunikasi, dan sebagainya. Analis system membutuhkan alat komunikasi yang efektif supaya teknisi system dapat memahami dan memudahkan hasil analisis untuk diubah menjadi system secara fisik. Dalam hal ini desain system membutuhkan alat bantu: Bagan Alir System System Flow Chart), Diagram Arus Data (Data Flow Diagram), Kamus Data (data dictionary), ERD(Entitas Relation Diagram), Normalisasi data, dan lainnya.
Tool yang mendukung diantaranya : Microsoft Office Visio, DIA, Microsoft Word, Microsoft Excell, dan lain-lain.
3.      Alat Bantu Coding / Programming
Pada tahap ini dilakukan proses coding dengan menggunakan tool pseudocode yang membantu programmer dalam membangun system, dan untuk tool yang digunakan dalam programming banyak yang tersedia seperti Delphi, Visual Basic, PHP, Java, dan lainnya.
4.      Alat bantu Testing / Pengujian
Perangkat lunak yang telah dikembangkan perlu diuji sebelum digunakan secara penuh didalam system. Pengujian dikatakan berhasil jika mampu menemukan kesalahan-kesalahan yang tersembunyi dalam perangkat lunak. Terdapat dua pendekatan pengujian perangkat lunak, yaitu: white box testing, black box testing. White box testing dilakukan dengan menguji detail procedural, yaitu mengamati jalur logical yang dibentuk oleh struktur pengendalian program (perulangan dan percabangan), apabila mengungkap 100% kesalahan logika yang mungkin muncul dan bersifat exhaustive (melelahkan) karena terjadi ledakan kombinasi berbagai modul / program yang besar dan komplek, dan dilakukan pada tahap awal pengujian. Metode yang digunakan pada white box testing jalur dasar (basis path) pengujian kondisi, pengujian aliran data, pengujian perulangan.
Black box testing dilakukan pada persyaratan fungsional dari perangkat lunak, dilakukan tidak diawal tahap pengujian, mengungkap kesalahan-kesalahan pada fungsi yang salah satu hilang, antar muka, akses ke basis data eksternal, kinerja, inisialisasi dan terminasi program. Metode yang dapat digunakan untuk pengujian black box testing Equivalence partitioning, Analisis nilai batas, Teknik grafik sebab akibat.
Strategi yang dilakukan dalam pengujian perangkat lunak meliputi proses berbentuk spiral dan debugging. Proses pengujian berbentuk spiral dengan urutan aktivitas pengujian unit, pengujian integrasi, pengujian validasi, pengujian system. Debugging merupakan konsekuensi dari pengujian perngkat lunak, debugging bersifat seni yang dipengaruhi oleh aspek psikologis (intuisi dan keberuntungan), pendekatan yang dapat dilakukan dalam proses debugging meliputi: tanpa metode tertentu (uji coba), backtracking (dimulai dari tempat ditemukannya gejala kesalahan, kemudian dilakukan pelacakan kembali ke program hingga diharapkan sumber kesalahan dapat ditemukan, cause elimination (eliminasi penyebab= partisi biner / binary partitioning) yaitu dibuat hipotesis penyebab yang kemudian diuji kebenarannya dengan data yang berhubungan dengan kesalahan yang terjadi.
Tool yang digunakan dalam pengujian perangkat lunak yaitu: pelacak program (program tracer), test case (pembangkit kasus pengujian, memory dumps, pemetaan referensi silang.
5.      Pemeliharaan Perangkat Lunak
Pemeliharaan perangkat lunak meliputi: korektif (pemeliharaan yang dilakaukan apabila terjadi kerusakan atau kesalahan), adaptif atau produktif (pemeliharaan yang dilakukan secara terus menerus melalui proses monitoring, penyempurnaan (pemeliharaan sebagai hasil dari penemuan perawatan adaptif), preventif (pemeliharaan yang dilakukan untuk pencegahan kerusakan).
d.      Kebutuhan pada saat pembuatan system yang meliputi: sumber daya, waktu, biaya, resiko, upgrade.
1.      Kebutuhan sumber daya
Membutuhkan jumlah sumber daya yang banyak, karena banyak proses yang dilakukan serta banyak tenaga ahli yang dibutuhkan.

2.      Kebutuhan waktu
Membutuhkan waktu yang lama karena harus menyelesaikan tahap demi tahap dalam pengembangan.
3.      Kebutuhan biaya
Kebutuhan biaya besar karena menggunakan sumber daya yang banyak, waktu yang cukup lama, dan tahapan proses yang panjang.
4.      Kebutuhan resiko
Resiko dalam menggunakan metode ini sangat besar, kemungkinan terjadinya kegagalan system sehingga harus mengulang dari awal yang menyebabkan pembekakan biaya diluar rencana anggaran. Kegagalan system sangat berpengaruh besar, kemungkinan system tidak dapat digunakan atau harus diperbaiki dari awal.
5.      Kebutuhan upgrade
Dalam melakukan upgrade akan terjadi kesulitan karena harus menyesuikan banyak hal, diantaranya kesesuaian dukungan hardware, software baik software program maupun database, karena dimungkinkan pada saat system dibuat belum mengalami / menggunakan adanya spesifikasi hardware maupun software yang baru sesuai yang dibutuhkan saat ini. Pada metode ini proses upgrade tidak fleksibel, akan mempengaruhi system secara keseluruhan.

e.       Kesimpulan
Penggunaan metode waterfall dalam pengembangan perangkat lunak dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Keunggulan:
Ø  Proses pengembangan sangat terstruktur dan sistematik
Ø  Melalui definisi kebutuhan, sehingga gap atau kesenjangan yang terjadi antara kebutuhan dan sistem yang dihasilkan dapat dikurangi.
Ø  Menghasilkan petunjuk arah pengembangan yang jelas bagi manajemen.

2. Kelemahan:
Ø  Tidak adaptif terhadap perubahan yang dapat terjadi selama proses pengembangan (kaku atau rigid).
Ø  Melelahkan karena membutuhkan waktu pengembangan yang lama dan biaya yang tinggi
Ø  Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti aliran sequential yang ditawarkan model ini.
Ø  Iterasi (Pengulangan) selalu terjadi dan menimbulkan masalah pada aplikasi yang dibentuk oleh model ini.
Ø  Seringkali pada awalnya customer sulit menentukan semua kebutuhan secara explisit.

Ø  Klien harus sabar karena versi program yang sedang jalan tidak akan tersedia sampai proyek pengembangan selesai